Senin, 19 Desember 2016
Kamis, 01 September 2016
PEMERKOSA FUNGSI !
Juni malam, aku bersama temanku, toyenk dan supik
di studio band, sedang menemani supik yang ingin latihan ngeband bersama
temannya, yaa, tidak mungkin latihan menari karna ini studio band dan bukan
sanggar tari, atau mungkin bisa saja terjadi kalau dia ingin menari di studio
ini, tapi sepertinya dia hanya ingin ngeband dan tidak untuk menari,
Aku duduk diluar bersama toyenk karna tidak ingin
masuk kedalam, studio ini tidak begitu jauh dari rumah chiken, temanku dan juga
teman toyenk, aku mengajak berkunjung kesana tapi toyenk ingin tetap di studio
untuk menunggu, aku menghubungi chiken via BBM untuk memastikan posisinya.
Dimana lur ? tulisku
Gimana ya, gak enak aku ngomongnya,
kok pas lagi enak kau nanya posisi, balas chiken
sembari mengirim foto kamar mandi
ngapain di WC bawa HaPe ? mau masturbasi ? tulisku
hahahaha, itu gunanya kemajuan teknologi,
kalau sama pacar nanti negative, bahaya, balas
chiken
bukannya negative itu bagus, kalo positif baru
bahaya ?
ada kopi gak ? tulisku
hahahaha, iya itulah maksudnya,
ada ni, tinggal diracik, balas chiken
sip aku kesana,,,,,
Aku menuju kerumah chiken, tapi toyenk tidak ikut,
katanya dia nunggu supik di studio,
sesampai di rumah chiken, disana ada bang alen,
bayung, alfiq dan mamad juga,
mereka sedang menonton Teve kabel, jangan kalian
kira ada Teve sebesar kabel atau kabel sebesar Teve, tapi ini sejenis Teve berbayar meskipun
mereka hanya satu kali membayar ketika membeli Teve,
aku masuk lalu bertanya apa ada film india hari ini
?
nah, kok tiba-tiba nanya film india ? Tanya bayung
film india itu konsumsi jiwa, jawabku
hahahaha iya ya ya, konsumsi jiwa, tawa bayung
bukannya kamu tadi nyari kopi ? Tanya alfiq
nah, boleh tu, ngaduknya 33 kali, harus W, jawabku
kenapa gitu ? Tanya alfiq
33 sesuai sunah Nabi, W filosofi Wenak, hahaha,
jawabku sambil tertawa
Oke lah kalo begitu, sigap alfiq dan yang lain
tertawa.
Sembari alfiq meracik kopi, aku, chiken, bayung,
mamad dan bang alen pindah dari kamar menuju teras, dan ini hanya pindah lokasi
dan bukan pindah rumah, ini masih dirumah yang sama, hanya saja lokasi
nongkrong dikamar berpindah di teras depan.
Di depan ada motor ku yang menjadi bahan pertanyaan
di karnakan sedang bersih, yaa, aku malas untuk mencuci motor karna kupikir
motor yang bersih itu hanya ada di sorum.
Tumben motor bersih ? Tanya bang alen
Oh, tadi di cucian motor ada rame-rame, ku pikir
ada acara nyuci motor masal, jadi aku ikut kesitu, rupanya memang lagi rame
yang nyuci, ya sudah bayar juga, jawabku
Hahaha, rusak, emangnya sunatan pake masal, jawab
bang alen, chiken, bayung, mamad ikut tertawa meski mungkin mereka tak tau apa
yang sedang ku bicarakan, karna dengan tertawa mereka bisa memberi kebahagian
padanya ataupun padaku,
Tak lama alfiq membawa beberapa gelas kopi yang
berisi kopi, tapi aku tidak benar-benar mengatakan itu gelas kopi dikarnakan
itu gelas teh yang di perkosa fungsinya untuk menjadi gelas kopi.
Kau buat kopi apa teh fiq ? Tanyaku
Kopi lah, jawab alfiq
Lah itu, gelasnya merk teh perenjak, bukannya itu
sudah melakukan pemerkosaan fungsi dari gelas teh menjadi gelas kopi ? tanyaku
Yaelah, yang penting isinya kopi, jawab alfiq
Bukannya orang-orang beli Hape, pastinya dikasih
kotak Hape kan ?
bukan kotak indomie ? tanyaku
tau ah, ribet, ungkap alfiq bingung ditambah kesal.
Ha ha ha, jangan ribet, jangan bingung, bikin
indomie gak ribet dan yang jual Hape yang jual indomie gak mikirin, jadi yang
penting ngopi karna kopinya sudah ada, kalau gak ada gak usah ngopi, jawabku
sambil mengambil spidol ditas dan merubah tulisan teh menjadi kopi.
Jangan terpaku dalam keadaan yang memaksamu
menjadi yang mereka inginkan, jadi apa yang engkau mau atau mungkin mereka
menjadi pengekor nantinya.
Minggu, 03 Juli 2016
AFSUN !
Apa kabar ? tentu baik-baik saja pastinya, semoga sama seperti apa yang tertuang di akun sosmedmu, sudah lama tak jumpa ketika kita putuskan bahwa yang baik adalah berpisah, kau melanjutkan hidupmu dan akupun begitu, seperti apa yang kukatakan bahwa selamanya adalah ungkapan dongeng yang menutupi rasa ketakutan akan kehilangan. Pada akhirnya ini terjadi dan sudah kita jalani, semuanya sudah terencana dan direncanakan oleh yang biasa kita sebut ‘TUHAN’. Kapan aku terlahir, siapa ibuku, kapan aku bertemu kau dan kaupun kurasa begitu.
Hari ini mendung, dan aku terpaku menunggu hujan yang jatuh menghantam bumi, tidak terasa telah banyak yang berubah, waktu, tingkah, pemikiran, apapun terkecuali nama. Ketika kau ingin mengulang kembali apa yang telah berakhir, kau tak akan merasakan cinta yang sama meski dengan orang yang sama pada keadaan yang berbeda. Entah apa nantinya, kita hanya menjalani apa yang sudah di rencanakannya.
Kita ibarat minggu dan senin, dekat, tapi untuk bertemu harus menunggu berhari-hari. Kau sibuk menjalani aktifitasmu, akupun juga begitu, dan sekarang semua menjadi sama saja, kau sedang menjalani impianmu dan aku masih menikmati hari-hariku. Teruskan, tak perlu memikirkan apa yang diluar kemampuan kita.
Seketika akhirnya hujan datang membawa tetesan kenangan yang terlintas begitu saja, tangan tak mampu menyapu pilu, terasa nyilu di hati sendu, peluh yang tak luluh berujung keruh, kornea menjadi basah sedikit memerah, air mata hanya petunjuk bagi spesies lain. Aku tidak begitu merindukanmu, hanya ingin melihat wajahmu, sudahlah, skenario yang di buat mungkin seperti ini, menikmati kepingan asa tanpa pamrih menjadi pelayan otak, berlalu menjadi khalifah mencari arti sebuah perjumpaan ?
Ini tidak cocok di sebut malam dan tidak patut di katakan pagi, menikmati kopi dan hari yang begitu asing bagiku. Menatap bias-bias air hujan membasahi kaca jendela kamar, merasakan udara dingin menyusup di sela-sela ventilasi yang memaksa menyeruput kopi, Tenang perempuanku, ada kala kita bertemu sebelum penghujung waktu. Masih adakah nikmat melebihi ini ? ketika gula dan kopi beradu didalam cangkir rindu ? kopi seperti tanaman surga yang sengaja diturunkan kebumi oleh Tuhan bagi pecandunya. Apa jadinya ketika dunia ini tanpa kopi ? seperti apa artinya kita ketika tanpa kamu ? itu harapku.
Oh tidak, berani-beraninya aku telah lancang untuk mengingatmu, sedangkan aku tak pernah tau apakah kau memikirkanku kini, tapi itu hak ku, memikirkan siapapun yang ku mau tanpa peduli apakah kau memikirkanku apa tidak. Lihatlah di ufuk timur sana, dikala hujan mulai reda, mentari seakan malu menampakkan dirinya. Apakah kau melihat ? atau masih asik bercumbu dengan guling kesayanganmu ?
Kopiku sudah habis, menyisakan ampas yang begitu pekat seperti kisah pahit yang teramat kelat, ku katakan pada mentari, bulan akan tetap ada di pagi ini meski sinar terhalang olehnya, seperti sebagaimana mungkin aku mencari pelangi dimalam hari ? akan sama hasilnya ketika mencari bintang di pagi hari.
Hai perempuanku selaras berembun begitu suci mencari sebuah arti, terlalu egois rasanya ketika rasa tak pernah peduli atas rasa.
Aku mungkin bukan Adam yang mencari Hawa atau Rama berperang dengan Rahwana untuk mendapatkan kembali Shinta atau terlebih lagi seperti Ken Arok yang terpesona melihat betis Ken Dedes.
Tak peduli kau, temanmu atau siapapun, Jangankan iblis, malaikatpun tak bisa menentangku mencinta tanpa perintah Tuhan !
Ketika nikmat dari secangkir kopi adalah pahit, teruslah campakan aku !
Tapi, bagaimanapun aku mengagumimu, tak akan ku
jadikan kau ‘BERHALA’ bagiku.
Tak perlu mencariku karna aku tetap ada disini, menikmati sisa-sisa ampas kopi yang tak ingin ku sudahi, sama lah ketika aku menikmati pertemuan dan mengihklaskan perpisahan apabila memang harus terjadi.
Minggu, 10 April 2016
R.A.H.A.S.I.A
Aku bukan alat perekam suara, yang memuntahkan apa yang di dengar,
terlalu banyak prosa dikepalaku, begitu muak untuk mengaku,
tak akan ku biarkan terkoyak berserak dan terus berontak,
terlalu pagi untuk menghakimi,
amanat tak akan terkuak meski leher terjerat,
semerbak tak akan tercium meski hidung di ujung pantat,
terlalu gelap mencari pelangi,
tak akan terbagi walau jari terpisah dari nadi,
kemari mencari esensi komisi lisensi tak akan terganti kepala terbidik amunisi,
terlalu durja bertanya kenapa,
analisa terkubur dalam asa yang menjelma menjadi aksara maya dan keluar dari logika,
ini sudah siang untuk mencari bintang,
tak akan terlihat ketika terang,
meski semua menjadi berang, aku tak akan menantang para pasukan binatang,
Aku bukan anjing yang harus melolong,
prajurit tak tertolong bersama raja pembohong dengan sombong menunjukan barisan jigong,
tak ada celah untuk mecegah,
akan indah jika ada yang mengalah,
konflik tak akan pecah bila kau tak gerah,
darah ini masih merah kawan, enggan untuk melawan, meski raga kau tawan,
Aku masih berdiri tegak bahkan kala jiwa terinjak, tubuh tidak bergerak, otak bisa melacak,
Aku bukan alat perekam suara,
mulut tak akan menganga, apalagi untuk berkata,
karna ini adalah sebuah RAHASIA.
terlalu banyak prosa dikepalaku, begitu muak untuk mengaku,
tak akan ku biarkan terkoyak berserak dan terus berontak,
terlalu pagi untuk menghakimi,
amanat tak akan terkuak meski leher terjerat,
semerbak tak akan tercium meski hidung di ujung pantat,
terlalu gelap mencari pelangi,
tak akan terbagi walau jari terpisah dari nadi,
kemari mencari esensi komisi lisensi tak akan terganti kepala terbidik amunisi,
terlalu durja bertanya kenapa,
analisa terkubur dalam asa yang menjelma menjadi aksara maya dan keluar dari logika,
ini sudah siang untuk mencari bintang,
tak akan terlihat ketika terang,
meski semua menjadi berang, aku tak akan menantang para pasukan binatang,
Aku bukan anjing yang harus melolong,
prajurit tak tertolong bersama raja pembohong dengan sombong menunjukan barisan jigong,
tak ada celah untuk mecegah,
akan indah jika ada yang mengalah,
konflik tak akan pecah bila kau tak gerah,
darah ini masih merah kawan, enggan untuk melawan, meski raga kau tawan,
Aku masih berdiri tegak bahkan kala jiwa terinjak, tubuh tidak bergerak, otak bisa melacak,
Aku bukan alat perekam suara,
mulut tak akan menganga, apalagi untuk berkata,
karna ini adalah sebuah RAHASIA.
Langganan:
Postingan (Atom)